Senin, 04 Mei 2020

"Perkara kehilangan hanya ada dua pilihan, memilih ditinggalkan lebih dulu atau menginggalkan lebih dulu"
Jalanan kota Jakarta tidak terlalu berisik, entah karena malam pergantian tahun masih beberapa jam lagi atau aku yang terlalu cepat untuk keluar dan mencoba mencari letak dimana tempat yang seru untuk dinikmati malam ini. Tahun lalu, aku masih di Jogja. Nggak ada hal spesial yang terjadi atau bahkan tidak ada perayaan istimewa yang mungkin aku lakukan untuk menikmati tahun yang berganti.

Menyenangkan, kalau ingat tahun lalu aku masih bisa bermain uno sampai pukul 3 pagi dengan 4 orang yang itu-itu aja tiap aku keluar rumah. Pun saat kita hanya melihat lalu lalang kendaraan dan keriuhan manusia-manusia fancy didepan sebuah cafe sederhana di pinggir kota. Mendengarkan dan kadang terlihat sedikit suara serta percikan kembang api dari balkon cafe, atau bahkan kita menyerah untuk pulang lebih dulu sebelum pukul 00.00WIB tiba karena mataku yang tidak bisa lagi diajak kompromi kalau soal tidur. Sesederhana itu bahkan hari-hari spesial itu.

Sampai pada akhirnya 4 tahun kebersamaan hampir selesai dan tidak mungkin aku memaksa untuk mereka atau aku tetap tinggal disana.
"Hidup kita harus maju, harus ke tempat baru" aku bilang pada diriku sendiri. 
Itu kenapa di 23 tahun hidupku aku tidak pernah ingin membuat sesuatu yang amat sangat spesial di tiap lembarnya. Aku takut kenangan itu bahkan akan jadi hal yang menyulitkanku nantinya. Iya, menyulitkanku untuk terus berjalan maju dan akan terus merasakan apa yang mungkin luka masih bisa saja menyapa tiap kamu membalikkan badan.

Bohong kalau aku tidak pernah ingin mengingat hal-hal rinci di setiap ceritaku, aku pelupa yang kalian harus tau. Sangat. Aku bisa saja melupakan dimana letak kacamataku 1 menit yang lalu atau kita sudah bertemu berapa kali dalam seminggu, atau bahkan aku bisa lupa aku pernah berkunjung ke tempat ini atau belum. Aku tau aku memang payah untuk masalah ingatan.

Sebuah lagu diputar pada sebuah radio anak muda di Jakarta, iya aku sedang mendengarkan radio sekarang. Tapi tunggu, tiba-tiba aku ingat waktu itu aku 4tahun dengan nyaman duduk di sebuah bangku dengan meja yang disana terdapat radio milik kakek berukuran sedang dengan dua sound di kedua sisinya memutar sebuah lagu juga, jangan tanya lebih jauh. Sudah pasti aku tidak akan membahas lagu apa yang sedang aku dengarkan waktu itu, hanya saja aku ingat saat aku memutar radio suasananya aku ingat sekali waktu itu sore hari. Rasanya seperti ini. Tepat.

Sampai dimana aku tau bahwa aku sebenarnya sudah banyak sekali kehilangan waktu, kehilangan kesempatan, kehilangan moment. Semuanya terlihat biasa. aku jadi terlatih untuk tidak begitu merasakan kehilangan-kehilangan lain yang lebih sering terjadi. kadanag-kadang aku hanya memilih untuk lebih dulu menghilang daripada harus melihat satu-satu sesuatu hilang dari hidupku. Aku memilih untuk merasakan sepinya lebih dulu daripada harus melepaskan satu-satu dan merasakan sepi akan kehilangan sesuatu kemudian.